Rabu, 12 Juni 2013

Sejarah kota BAndung


Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah Kabupaten bandung hingga tahun 1681.
Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki "Dalem Kaum I", kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811). Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.
Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daearh Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Asia Afrika - Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos.
Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.
Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekali lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang).
Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati. Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.
WALIKOTA BANDUNG Tahun 1906 - Sekarang
No
N a m a
Masa Jabatan
1
E.A. Maurenbrecher (exofficio)
1906-1907
2
R.E. Krijboom (exofficio)
1907-1908
3
J.A. van Der Ent (exofficio)
1909-1910
4
J.J. Verwijk (exofficio)
1910-1912
5
C.C.B. van Vlenier dan
1912-1913

B. van Bijveld (exofficio)
1913-1920
6
B. Coops
1920-1921
7
S.A. Reitsma
1921-1928
8
B. Coops
1928-1934
9
Ir. J.E.A. van Volsogen Kuhr
1934-1936
10
Mr. J.M. Wesselink
1936-1942
11
N. Beets
1942-1945
12
R.A. Atmadinata
1945-1946
13
R. Siamsurizal

14
Ir. Ukar Bratakusumah
1946-1949
15
R. Enoch
1949-1956
16
R. Priatna Kusumah
1956-1966
17
R. Didi Jukardi
1966-1968
18
Hidayat Sukarmadijaya
1968-1971
19
R. Otje Djundjunan
1971-1976
20
H.Ucu Junaedi
1976-1978
21
R. Husein Wangsaatmaja
1978-1983
22
H. Ateng Wahyudi
1983-1993
23
Wahyu Hamidjaja
1993-1998
24
Aa Tarmana
1998-2003
25
H.Dada Rosada
2003-sekarang




Masa
Peristiwa
1488
Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran
1799
Menjadi bagian dari Sumedang Larang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni
1811
Dinyatakan sebagai Ibukota Kabupaten Bandung
1906
Gemeente Bandoeng
1917
Burgemeester Van Bandoeng yang pertama
1926
Staadsgemeente Bandoeng
1942
Bandung Si
1945
Pemerintah Nasional kota Bandung
1949
Haminte Bandung
1950
Kota Besar Bandung
1957
Kotapraja Bandung
1966
Pemerintah Daerah Kotamadya Bandung
1974
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung

Peta Wisata


Peta Wisata Kabupaten Bandung 

Profile Kecamatan

Profile Kecamatan


Berikut adalah daftar Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung :
NO KECAMATANCAMAT Alamat Kantor, Website & e -Mail Luas  
 Wilayah    (hektar)   
1.Cileunyi H.Wawan Ahmad Ridwan, S.STP, M.Si.Jl. Raya Percobaan No.39
(022) 7807064
kec_cileunyi@bandungkab.go.id 
 2831.50
2.Cimenyan Asep Rahmadi,SIp. Jl. Terusan Padasuka No. 35
(022) 7273666
kec_cimenyan@bandungkab.go.id 
 4,057.70
3.Cilengkrang Drs.Indra Respati Jl. Pasirjati No. 3 (022) 7806363
Website :kec-cilengkrang.web.id
 
kec_cilengkrang@bandungkab.go.id 
 3,178.40
4.Bojongsoang Drs.Yiyin SodikinJl. Cikoneng No. 9 (022) 5893520
kec_bojongsoang@bandungkab.go.id 
 2586.30
5.Margahayu Drs. Eef Syarif Hidayatullah Jl. Sukamenak No. 135 (022) 5417870
kec_margahayu@bandungkab.go.id 
 933.30
6.Margaasih Dindin Syahidin, S,Ip, M.SiJl. Peuris No. 2 (022) 6672012
kec_margaasih@bandungkab.go.id 
 1,646.70
7.Katapang Drs. Nu'man Mu'min, MSi Jl. Katapang Andir KM.1.5 (022) 5893325
Website : kecamatankatapang.bandungkab.go.id kec_katapang@bandungkab.go.id 
1,519.50 
8.Banjaran Drs. Agus SuhartonoJl. Alun-alun Selatan No. 222
(022) 5940007
kec_banjaran@bandungkab.go.id 
 3,080.60
9.Pameungpeuk Rusli Baijuri, AP Jl. Raya Banjaran No. 544
  (022) 5940002
kec_pameungpeuk@bandungkab.go.id 
1,399.90 
10.Pangalengan Dede Sutardi,SHJl. Raya Pangalengan No. 01
(022) 5979404
kec_pangalengan@bandungkab.go.id 
27,294.71 
11.Arjasari Drs. Dede Ismail Jl. arjasari No. 2 (022) 5940822
kec_arjasari@bandungkab.go.id
 4,395.30
12.Cimaung Drs. H. Hidayat Ramdhan Jl. Raya Pangalengan KM. 25
(022) 5940517
kec_cimaung@bandungkab.go.id
7,784.89 
13.Cicalengka Achmad Rizky Nugraha, S.Ip.Jl. Raya Cicalengka No. 344
(022) 79449205
kec_cicalengka@bandungkab.go.id
3,061.99 
14.Nagreg Entang Kurnia, SE., M.Si
Jl. Raya Nagreg KM. 37 (022) 7950427
kec_nagreg@bandungkab.go.id
 3,875.05
15.Cikancung Drs.H.Ahmad Solihin, BE, M.Si Jl. Raya cinangka Ciluluk (022) 7948228
kec_cikancung@bandungkab.go.id
3,759.50 
16. Rancaekek Drs.Haris TaupikJl. Majalaya - Rancaekek No. 220 (022) 7798016
kec_rancaekek@bandungkab.go.id
4329.50 
 17. CiparayDrs.Komarudin Jl. Pamegarsari No 2 (022) 5950372
kec_ciparay@bandungkab.go.id
 4,848.90
 18. PacetMochamad Ischaq, S.Sos  Jl. Raya Pacet No. 1 (022) 5950377
kec_pacet@bandungkab.go.id
 6,853.70
 19. KertasariDrs. Cep Azis Sukandar Jl. Lapang Sari (022) 5954137
kec_kertasari@bandungkab.go.id 
 15,551.80
 20. BaleendahDrs.H.Aap Ahmad Muslim, M.Si  Jl. Adipati Kertamanah No.2
(022) 5940847
kec_baleendah@bandungkab.go.id
3417.60 
 21. MajalayaDrs.Meman
Nurjaman 
 Jl. Majalaya-Rancaekek No. 220 (022) 5950001
kec_majalaya@bandungkab.go.id
 2,322.10
 22. SolokanjerukMaksum,S.Sos Jl. Raya Majalaya-Rancaekek
(022) 59506681
kec_solokanjeruk@bandungkab.go.id
2,355.70 
 23. PasehMa'sum,SIp,MSi Jl. Tangsimekar No. 11  (022) 5954034
kec_paseh@bandungkab.go.id
4,625.60 
 24. Dayeuhkolot  Drs. H. Agus Suhendar, M.Si Jl. Raya Dayeuhkolot No. 409
(022) 5223238
kec_dayeuhkolot@bandungkab.go.id
1078.60 
 25. IbunDrs.Ika Nugraha  Jl. Oma Anggiwisasta No. 399
(022) 59519382
kec_ibun@bandungkab.go.id
 4,442.00
 26. Soreang Achmad Kosasih,S.Ip Jl. Sindangwngi Citaliktik
(022) 5894100
kec_soreang@bandungkab.go.id
 2,425.20
 27. PasirjambuYudi Ahmad Fadillah, A.Md.LLAJ, SIP  Jl. Lapang Jendral No. 100
 (022) 5927477
website:kecamatanpasirjambu.blogspot.comemail : kec_pasirjambu@bandungkab.go.id
20,243.90 
 28. CiwideyDrs. Asep Ruswandi,MSi  Jl. Lebak Muncang No. 1 (022) 5928797
Website : kecamatan-ciwidey.blogspot.com email : kec_ciwidey@bandungkab.go.id
 3,535.00
 29. RancabaliDrs. Baban Banjar Soleh  Jl. Raya Patengan No. 83 (022) 5928521
kec_rancabali@bandungkab.go.id
11,219.20 
 30. CangkuangAsep Saefudin, SH  Jl. Raya Soreang Banjaran No. 214
(022) 5940100
Website:kecamatancangkuang.blogspot.com
 
kec_cangkuang@bandungkab.go.id
 2,418.20
 31. KutawaringinH. Yosep Nugraha, SH Jl. Raya Cipatik (022)85873789
Website : kecamatan-kutawaringin.bandungkab.go.id kec_kutawaringin@bandungkab.go.id
 4,430.90

Bupati H. OBAR SOBARNA, S.Ip. PERIODE 2000-2010

Bupati H. OBAR SOBARNA, S.Ip. PERIODE 2000-2010




BUPATI  H. OBAR SOBARNA, S.Ip.
PERIODE 2000-2010


Pada Tahun 2000 beliau diangkat menjadi Bupati Bandung menggantikan Bupati H.U.Hatta Djatipermana, S.Ip. Masa jabatan Bupati H.Obar Sobarna, S.Ip. selama dua periode dari tahun 2000-2005 dan tahun 2005-2010.

Bupati Obar Sobarna lahir di Garut pada Tanggal 23 September 1945. Setelah tamat SMA pada tahun 1964, ia masuk Akademi Militer tahun 1968. Dan menjadi Anggota ABRI / TNI dari tahun 1968 sampai dengan 1994, pada  tahun 1999 terpilih sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bandung sampai dengan tahun 2000. Beliau menikah dengan Hj.Iyan Siti Nanjar Komara dan dikaruniai lima (5) orang anak.

Bupati Obar Sobarna dikenal memiliki sifat yang kukuh, tegas, dan berani mengambil keputusan dengan menanggung resiko apa pun yang diakibatkannya. Ia juga teguh dalam membela prinsip yang dianggapnya benar dan harus diperjuangkan.

Ketegasan, keberanian, dan sikapnya yang teguh tentu sangat mempengaruhi panggung politiknya. Dia orang yang cerdas dalam mengatur langkah-langkah strategis.

Visi dan Misi pemerintahannya yaitu "Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung Yang Repeh Rapih Kertaraharja melalui Akselerasi Pembangunan Partisipatip yang berbasis Religius, Kultural dan berwawasan lingkungan, dengan berorientasi pada Peningkatan Kinerja Pembangunan Desa".

Dari Visi inilah disusun Misi  yang ingin dicapai yaitu : Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, dan berkeadilan, menciptakan kondisi yang aman, tertib, damai, dan dinamis; memelihara keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan, memberdayakan dan meningkatkan sumber daya manusia berlandaskan iman takwa; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi ekonomi daerah. 

Kebijakan Strategis Bupati Bandung periode 2000-2010  yaitu   peningkatan iman dan taqwa yang diawali oleh seluruh Pegawai Pemda Kabupaten Bandung dihimbau memakai busana muslimah yang beragama islam dan memakai baju Koko/Taqwa bagi laki-laki setiap hari Jum'at. Selain itu, beliau demikian inten dalam memeloporan pembayaran ZIS (Zakat Infaq dan Shadaqah  perhatian yang beliau terhadap ZIS ditetapkannya Perda No 9 Tahun 2005 Tentang Zakat Infaq Dan Shadaqah menurut beliau "Zakat adalah raksasa yang sedang tidur yang apabila dibangunkan akan dapat memberi manfaat yang sangat besar dalam upaya mengatasi permasalahan sosial dan membina kehidupan beragama". 
 
Bupati Obar Sobarna pada HUT ke 368 Kab.Bdg 

Dalam melestarikan budaya beliau merupakan Bupati pertama yang menggagas penggunaan bahasa Sunda dalam aktivitas berpemerintahan di Kabupaten Bandung yang setiap hari jumat. Atas perhatiannya terhadap budaya yang demikian tinggi, beliau menerima penghargaan "Salaka Budaya Sunda" dari pengurus Besar Paguyuban Pasundan.

Dalam Menjamin Kesehatan Masyarakat Miskin di Kabupaten Bandung tercantum  dalam Peraturan Bupati No 8 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat Miskin (JPKMM) bagi Keluarga Miskin Daerah (GAKINDA) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung, beliau memberikan Kartu Gakinda yaitu kartu berobat Gratis bagi masyarakat miskin Kabupaten Bandung,  Pelayanan Kesehatan masyarakat Gratis (Kartu Gakinda) berlaku bila berobat ke Puskesmas atau  Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Bandung.

Kepedulian terhadap Lingkungan mulai digalakkan melalui berbagai penghijauan pembersihan sampai yang diimplementasikan melalui penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok dengan Peraturan Bupati No 15 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Di Wilayah Kabupaten Bandung.

Untuk menjaga keseimbangan lingkungan Kabupaten Bersih beliau sangat intens memasyarakatkan pembuangan sampah secara terpilah baik di lingkungan pemerintahan maupun di lingkungan masyarakat dari tingkat Kabupaten sampai ke tingkat RT/RW. Wadah sampah tiga warna yaitu wadah Sampah warna Merah untuk jenis sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun(B3), wadah sampah warna kuning untuk jenis sampah rumah tangga  Anorganic,  dan wadah sampah warna Hijau untuk jenis sampah Organic  yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Pengolahan  sampah. 

Sementara itu dikembangkan kegiatan olah Raga dengan dibangun Stadion Olah Raga bertaraf Internasional bernama Stadion Si Jalak Harupat yang berlokasi di Desa Kopo dan  Desa Cibodas Kecamatan Soreang dan sanggup menampung penonton sebanyak 27.000 orang dengan luas areal Stadion kurang lebih  23 Ha. Pemberian Nama dan logo  Stadion dilakukan melalui sayembara, yang diikuti oleh  11  peserta  melalui  seleksi  penilaian oleh juri dari berbagai pakar, maka terpilih Nama dan Logo "Si Jalak Harupat". Logo/gambar menggambarkan representasi makna si Jalak Harupat sebagai julukan bagi Pahlawan Nasional R. Otto Iskandardinata atas keberaniannya menghadapi Kolonial Belanda di Dewan Rakyat (Volksraad) sebagai wakil dari "Pagoeyoeban Pasoendan".


Stadion jalak Harupat 
 Si Jalak Harupat dilontarkan pertama kali oleh Wirasendjaya pada Tahun 1931, maka Si jalak Harupat digambarkan sebagai Ayam Sabung/ Ayam Adu yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : Pemberani, berkokok dengan suara keras dan tidak mudah menyerah/mengalah. Maka Logo berbentuk gambar sosok Ayam Sambung yang bertarung dinamis, penuh semangat membentuk pusaran menunjukan kekuatan yang sangat besar, bergerak fleksibel secara leluasa.

Pelajaran lain yang bisa kita petik yaitu dia sangat menghargai sejarah beliau ingin menanamkan kecintaan pada sejarah kepada masyarakat tentang bagaimana sejarah pemerintahan Kabupaten Bandung ini dibangun, sehingga mengerti dan memahami nilai sejarah karena Masyarakat masih membutuhkan keteladanan dalam kepemimpinan, buktinya adalah dengan dibangunnya  Depo   Arsip   sebagai    tempat penyimpanan arsip Pemerintahan Kabupaten Bandung yang cukup mengah, yang berlokasi dikomplek Pemda Kabupaten Bandung.


 Depo Arsip Kabupaten Bandung
 Arsip sebagai Identitas dan jati diri Bangsa, serta sebagai memori, acuan dan bahan pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus dikelola dan diselamatkan oleh Negara; Gedung Arsip dibangun untuk menjamin ketersediaan Arsip yang autentik dan terpercaya, menjamin perlindungan kepentingan Negara dan Hak-hak Keperdataan rakyat. Gagasan itulah beliau mendapat pengargaan sebagai tokoh Arsip tahun 2011 dari Bapusipda (Badan Perpustakaan dan Arsip Propinsi Jawa Barat).

Keberhasilannya dalam memimpin Kabupaten Bandung telah menunjukan banyak prestasi diraihnya banyak penghargaan baik dari  Tingkat Propinsi maupun dari Tingkat Nasional. 

Penghargaan yang pernah diraihnya yaitu :

1.   Menggala Karya Kencana Dari Presiden RI Atas Keberhasilan Bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana.

2.   Penghargaan Dari Gubernur Jabar Dalam Bidang Ketahanan Pangan.

3.   Peniti Emas Dari Menteri Agama RI  Atas Prestasi Pengembangan Kehidupan Beragama dan Tilawatil Qur'an.

4.   Penghargaan Pengembalian LUEP Tercepat Dari Gubernur Jabar.

5.   Medali Perjuangan 45 Dari Dewan Harian Nasional 45.

6.   Bintang Kehormatan Veteran Dari Legiun Veteran Republik Indonesia  (LVRI) Pusat.

7.   Penghargaan Dari Gubernur Jabar Sebagai Pembina dan Pengembangan Olahraga Terbaik.

8.   Layang Pangajen Mitra Salaka Sunda Dari Pengurus Besar Paguyuban Pasundan.

9.   Bhakti Koperasi Dari Presiden RI dalam Bidang Pembinaan Koperasi.

10. Indonesian Cooperative Award dan Koperasi Berprestasi.

11. Penghargaan Gubernur Jabar Sebagai Pembina Industri Pengolahan Makanan Produk Perikanan.

12. Penghargaan Gubernur Jabar Sebagai Pembina terbaik Pengembangan  Desa Hutan.

13. Penghargaan Anubhawa Sasana Desa dari Menteri Kehakiman RI Dalam Pembinaan Desa Sadar Hukum.

14. Penghargaan Gubernur Jabar Sebagai Pembina Perusahaan PMA dan PMDN Terbaik.

15. Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI Dalam Pengembangan Koperasi Dan UKM.

16. Penghargaan Dari Mendiknas Atas Keberhasilan Bebas Buta Akasara.

17. Penghargaan Dari Menkop dan UKM Sebagai Kabupaten Koperasi.

18. Penghargaan Adi Upaya Puritama Dari Meneg Perumahan Rakyat.

19. Penghargaan Pemberantasan Buta Huruf dari Mendiknas.

20. Penghargaan Adikarya Nugraha Sebagai Pembina KORPRI Terbaik Tk Nasional.

21. Penghargaan dari  Kejagung Sebagai Pelopor Kantin Kejujuran.

22. Penghargaan Sebagai Pembina Keselamatan Kerja Terbaik dari Gubernur  Jawa Barat.

23. Penghargaan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan Dari Gubernur Jawa Barat.

24. Penghargaan sebagai Tokoh Arsip Tingkat Propinsi Tahun 2011.



Photo diambil tanggal 20 April 2011, pada perayaan Hari Jadi Kabupaten Bandung yang ke 370 tahun 2011.
Tampak berderet dari sebelah kiri para Mantan Bupati Bandung.

1. H.Lily Sumantri
2. Sani L. Abdurrahman H.
3. H.D.Cherman E.
4. H. U. Hatta Djati Permana
5. H. Obar Sobarna, S.Ip 

Sumber : Penelusuran Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 1846 - 2010 

Bupati H.U. HATTA JATIPERMANA Periode 1990-2000

Bupati H.U. HATTA JATIPERMANA Periode 1990-2000




H.U. HATTA JATIPERMANA
Periode  1990-2000



Keberhasilan dari kepemimpinan Bupati Hatta secara personal  mengarah pada gaya dan sikap dia yang mencoba untuk menjadi seorang Demokrat kepada masyarakat, aparat dan lembaga-lembaga lainnya. Kelebihan lain dari gaya kepemimpinan Hatta adalah mengarah pada kemampuannya untuk bekerja keras dan disiplin dalam melaksakan sesuatu program, serta kemampuan yang membaja untuk membawa masyarakat Kabupaten Bandung  kearah kemajuan, sesuai amanah yang dijanjikannya pada saat disumpah.


Bupati H.U.Hatta saat dilantik oleh  Gubernur
Tahun 1995 
Menurut Bupati Hatta, disiplin saja belum cukup sebagai modal dalam pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan, pekerja keras dalam menghadapi tantangan dan persoalan dangan begitu refleksi diri menunjuk Bupati Hatta sebagai pemimpin yang bertipe pekerja keras.

Visi pada masa pemerintahan beliau adalah "Membangun masyarakat yang sejahtera, cerdas, tertib, demokrasi, bersih dan menegakkan pemerintahan yang berlegitimasi dengan mengedepankan supremasi hukum dan keadilan".

Selama menjabat sebagai Bupati Beliau mengawali kepemimpinannya dengan melahirkan program "Tahun Kualitas, Satata Sariksa, Bupati Saba Desa, Sautas dan program Jaga Bumi".


Makna program Tahun Kualitas yang digulirkan oleh Hatta pada tahun 1990 mengarah pada pengertian membangun kualitas manusia baik secara mental, teknis kerja maupun wawasan yang berguna untuk mendorong pembangunan yang berkualitas baik dalam proses pelaksanaanya maupun hasilnya.

Tujuan dari Tahun kualitas yang dibangun oleh beliau adalah menciptakan, mencetak dan mendorong aparat yang berbobot dan menciptakan suasana kerja kondusif bagi gerak langkah pembangunan. Ruang lingkup dari tujuan Tahun kualitas mencakup seluruh aspek kehidupan aparat pemerintah di daerah dalam menyelenggarakan bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Pada tahun 1992 program beliau yang dijadikan andalan pada masa kepemimpinannya adalah Satata Sariksa (Sarasa). Program ini berakar pada kultur masyarakat, yang terpola dalam kehidupan kolektifisme. Pola kehidupan yang yang mementingkan hubungan emosional dan batiniah. Satata Sariksa memiliki etos kebersamaan, kegotong-royongan masyarakat yang loyal pada kepentingan umum dari pada mementingkan pribadi atau golongan.

Sasaran program Satata Sariksa terdiri atas  3 hal :

1. Meningkatkan  Kesejahteraan Rakyat
2. Mencegah kebocoran Anggaran atau keuangan
3. Menciptakan pembangunan infrastruktur yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Bandung di Soreang pada masa Bupati H.U. HATTA D tahun 1990-1992 dirampungkan. Lokasi perkantoran berada di Desa Pamekaran Kecamatan Soreang seluas 24 Ha, dengan menampilkan artsitektur khas gaya priangan sehingga komplek perkantoran ini disebut-sebut sebagai komplek perkantoran termegah di Jawa Barat. 


Bupati H.U.Hatta meninjau pembangunan
di Komplek Pemda Soreang 
Pembangunan fasilitas lain seperti Mesjid Agung Soreang (Al-Fathu), Lapang Upakarti, Kantor DPRD Kabupaten Bandung, Kantor-kantor  Dinas, Lembaga lain fasilitas olah raga. Daerah TK II Kabupaten Bandung menjadi Kabupaten/Kota  dengan Ibukota  di  Kota Soreang,

Rencana pada masa pemerintahan  beliau diantaranya program membuat sarana olah raga stadion bertempat di Desa Cingcin beliau memberi nama "Stadion Aang Witarsa" beliau adalah tokoh olahraga di Soreang yang menjadi pemain sepakbola Tingkat Internasional melawan Uni Soviet. Nama programnya  "Tool to The Cingcin" artinya Cingcin komplek olah raga (stadion lapangan terbuka dengan fasilitas kolam renang dan gedung tertutup) berdekatan dengan terminal dan pasarnya dipindahkan dekat terminal Cingcin, dari sanalah Soreang menjadi sebuah kota dengan nama Kota Soreang, komplek-komplek perumahan pun dibangun. 

Patung Monumen perjuangan didepan Gedung Moch. Toha yaitu "Esa Hilang Dua Terbilang" Patung Pejuang dan Rakyat Petani dipertigaan Soreang-Banjaran.

Untuk menjaga keseimbangan lingkungan diadakan program penghijauan dengan penanaman 1000 pohon, areal pesawahan yang ada di Kota Soreang bertujuan sebagai paru-parunya Kota Soreang. 

Bupati H.D. CHERMAN E. Periode 1985-1990

Bupati H.D. CHERMAN E. Periode 1985-1990





H.D. CHERMAN E.
Periode 1985-1990



Pada tanggal 5 Desember 1985 Kol. Inf. H. Cherman E dilantik menjadi Bupati Bandung. Beliau menjabat sebagai Bupati Bandung selama 5 tahun dari tahun 1985 sampai dengan 1990.

Pada saat tahun pertama menjabat sebagai Bupati Bandung Bapak Kol. Inf. H. Cherman E menerima perintah dari Menteri Dalam Negeri (Rudini) melalui surat (PP No. 2 tahun 1986) yang isinya tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung ke Soreang, pada waktu itu Bupati Bandung merencanakan pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung ke Baleendah ternyata tidak disetujui oleh Menteri Dalam Negeri melalui Surat Keputusan No. 207 /1979 yang membatalkan Perda Kabupaten Bandung No. IV /1973 tentang Penetapan Induk Ibukota Kabupaten Bandung.


Bupati H.D.Cherman E pada saat Penandatanganan
Batas Wilayah Kabupaten Bandung

Dengan adanya pembatalan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung segera berusaha mencari lokasi baru bakal Ibukota Kabupaten. Usaha ini tentu tidak mudah dan memakan waktu yang cukup lama. Akhirnya terpilihlah Soreang sebagai Calon Ibukota Kabupaten. Waktu itu DPRD Kabupaten Bandung memberikan persetujuan dengan Surat tertanggal 15 Mei 1984 Nomor 01/DP.003 Pim. DPRD/1984 perihal Penelitian lebih lanjut lokasi calon Ibukota Kabupaten Bandung.

Dalam pemindahan ibukota, Bupati Bandung harus berupaya memindahkan ibukota Kabupaten ke Soreang atas biaya APBD Kabupaten Bandung. Kantor Bupati Bandung untuk sementara berkantor di Kewedanaan Soreang dan untuk Sekretariat membangun di belakang kantor kewedanaan.

Dalam perjalanan pemindahan Ibukota dan pembangunan Gedung Pemerintahan Kabupaten Bandung Bupati Bandung menerima Perintah yang ke 2 yaitu melalui PP No. 116 tahun 1987 tentang perubahan batas wilayah kotamadya daerah tingkat II Bandung dengan Kabupaten DT II Bandung. Yaitu Bupati Bandung harus menyerahkan daerah (kecamatan) yang berbatasan  dengan Kota Bandung. Daerah itu merupakan daerah potensi yang merupakan masyarakat perkotaan yang mengerti dan mengikuti aturan. Daerah yang harus diserahkan ke Kota Madya Bandung seluas kurang lebih 9000 Hektar sedangkan Kota Madya Bandung sendiri mempunyai luas kurang lebih 8000  Hektar. Kota Madya Bandung harus ada perluasan wilayah karena bertujuan untuk Lokasi Ibukota Propinsi Jawa Barat.

Adapun proyek-proyek yang menjadi pertimbangan harus menjadi Asset Daerah Kabupaten Bandung pada waktu itu, Bupati Bandung  Kol. Inf. H. Cherman E pernah mengusulkan ke Pemerintah Pusat, yaitu diantaranya :

1. Proyek Tol Padalarang-Cileunyi
2. Proyek PLTA Saguling-Cililin
3. Proyek PLTU Kamojang.

Sumber : Penelusuran Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 1846 - 2010 

Bupati SANI LUPIAS ABDURACHMAN Periode 1980-1985

Bupati SANI LUPIAS ABDURACHMAN Periode 1980-1985





SANI LUPIAS ABDURACHMAN
Periode 1980-1985


Kol. Sani Lupias Abdurachman lahir pada tanggal  25 November 1922. dilantik menjabat Bupati Kabupaten Bandung pada tanggal 4 Desember 1980 di  depan Sidang Paripurna DPRD TK.II Bandung.


Bupati Sani Lupias A pada Acara HUT Kab.Bandung 
Kol.(Purn.) Sani Lupias  Abdurachman, berpendidikan Militer dari Perwira  PETA Bogor Angkatan  I tahun 1943, Combat Intel tahun 1953  dan Seskoad KR V Tahun 1967. Riwayat pekerjaan beliau adalah sebagai Tentara PETA SHODANTYO DAI I di Tasikmalaya, pada tahun 1945 Sebagai Komandan Rayon 36 / Beruang Merah Respelopor, sebelum menjabat Bupati Jabatan beliau adalah Komandan rayon 11 April pada tahun 1952 sampai dengan 1953.

Pada masa kepemimpinan beliau banyak kemajuan di Desa-Desa, pada masa pemerintahannya dibangun Waduk Cirata dan pemindahan ibu kota Kabupaten dari Baleendah ke Soreang. 

Adanya Pembatalan Calon Ibukota di Baleendah, pemerintah Kabupaten Daerah tingkat II Bandung mencari Lokasi yang tepat untuk pemindahan ibukota Kabupaten Bandung ke wilayah sendiri, akhirnya pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung mengajukan calon ibukota yaitu Soreang, Penunjukan  DPRD Tingkat II Bandung tanggal 15 Mei 1984 No.01/DP.003/Pim-DPRD/1984 perihal penelitian lebih lanjut lokasi calon ibukota Kabupaten daerah Tingkat II Bandung. 

Kemudian berdasarkan persetujuan tersebut, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung dengan surat tanggal 20 Juni 1984 No 135/714/Ass. I menyampaikan permohonan penetapan calon Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung di Soreang kepada Menteri Dalam Negeri melalui  Gubernur Kepala  Daerah  Tingkat I Jawa Barat.

Pada tahun 1982 berlangsung Pemilu, tepatnya pada tanggal 4 Mei 1982. Perolehan suara di Kabupaten Bandung adalah PPP dengan jumlah suara 245,69 % (mendapat 8 Kursi) Golkar 60,87 %, (mendapat 19 kursi) dan PDI, 14,44% (mendapat  5 Kursi).  Selain itu ditambah dengan 8 kursi untuk anggota DPRD TK II yang diangkat. Hasil Pemilu ini menunjukan adanya pergeseran perolehan suara bila dibandingkan dengan Pemilu tahun 1977, ketika PPP mendapat 9 kursi, Golkar, 20 Kursi, dan PDI hanya mendapat 3 Kursi. 

 
Bupati Sani Lupias Abdurachman
saat wawancara Penelusuran Arsip Sejarah tahun 2011 

Sumber : Penelusuran Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 1846 - 2010

Bupati R.H. LILY SUMANTRI Periode 1969-1975

Bupati R.H. LILY SUMANTRI Periode 1969-1975





R.H. LILY SUMANTRI Periode
1969-1975


Pada Tanggal 4 Oktober 1969 sehari menjelang peringatan HUT ABRI ke 24 beliau dilantik secara resmi oleh Gubernur KDH TK.I Provinsi Jawa Barat Bapak H. Mashudi. Beliau adalah Bupati yang ke 20 pada saat dilantik usianya 41 tahun, menggantikan Kedudukan almarhum Kol. Inf. Masturi.

Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung saat itu berpenduduk lebih kurang 1.877.292 jiwa dan Wilayah Kabupaten DT. II bandung terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 650 M sampai dengan 2.320.M. dari permukaan laut serta mempunyai luas areal 317.346 Ha/ 3.173,46 Km2 Wilayah pemerintahan terdiri atas  :

1. Kota Administratif Cimahi

2. 10 (Sepuluh) Wilayah Kewedanaan yaitu :

 a.  Kewedanaan Cililin  
 b. Kewedanaan Cikalongwetan
 c. Kewedanaan Lembang
 d. Kewedanaan Cileunyi
 e. Kewedanaan Cicalengka
 f. Kewedanaan Majalaya
 g. Kewedanaan Ciparay
 h. Kewedanaan Banjaran
 i. Kewedanaan Soreang
 j. Kewedanaan Margahayu

3. 36 Wilayah Kecamatan

4. 300 Buah Desa

Berdasarkan Undang-undang No 18/1965, Seorang Kepala Daerah didampingi oleh seorang petinggi yang merupakan tenaga Pusat yang diperbantukan. Disamping itu seorang Bupati Kepala Daerah dalam menghadapi masalah urusan Legislatif/ Politis dibantu oleh Anggota BPH yang terdiri dari utusan mewakili Fraksi ABRI dan 3 (Tiga) orang Fraksi dari Partai Politik. Hal itu dihapus setelah ada perubahan berdasarkan Undang-undang No 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.

Pusat Pemerintahan pada saat itu di Alun-Alun Bandung tepatnya di Jalan Balonggede, tercatat peristiwa penting, yaitu rencana pemindahan ibukota dari lokasi semula (Kodya Bandung) kewilayah hukum Kabupaten Bandung, yaitu Baleendah. Kepindahan ini disebut sebagai kembalinya ibukota Bandung ke tapak Cikal Bakal Kabupaten Bandung yang pertama semasa Tumenggung Wira Angunangun. Pemindahan ibu kota Kabupaten Bandung itu ditujukan untuk mengembangkan kepemimpinan dan pelayanan kepada masyarakat di daerah sendiri bukan saja kepada historis dan psychologis tetapi juga didasarkan kepada rasionil dan prinsip-prinsip perencanaan yang matang. Perletakkan Batu pertama dilaksanakan pada hari jadi ke 333 Kabupaten Bandung tanggal April 1974. Dalam perkembangannya. Pada lahan yang diperuntukkan Ibukota Kabupaten Bandung itu, sempat dibangun berbagai fasilitas, antara lain perkantoran untuk beberapa instansi diantaranya Gedung DPRD, Bupati dan sebagainya, disamping itu jalan penunjang yang lengkap dan memadai dibuat sesempurna mungkin.

Akan tetapi atas beberapa pertimbangan fisik Geografis wilayah Baleendah tidak memungkinkan untuk lokasi Ibukota Bandung.


Bupati R.H.Lily Sumantri saat wawancara Penelusuran Arsip Sejarah tahun 2011 

Tepat pada hari Rabu tanggal 4 Desember 1974 secara resmi beliau berhenti sebagai Kepala Daerah TK. II.


Sumber : Penelusuran Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 1846 - 2010 

Bupati Kolonel ANUMERTA MASTURI Periode 1967-1969

Bupati Kolonel ANUMERTA MASTURI Periode 1967-1969





ANUMERTA MASTURI
Periode 1967-1969



Karena terjadi peristiwa G 30 S yang menimbulkan situasi Negara dalam keadaan bahaya, jabatan Bupati Letkol R.Memed Ardiwilaga BA baru berakhir setelah dua tahun diperpanjang.


Demontrasi Pembubaran PKI 

Pada tanggal 20 Januari 1967 DPRDGR Kab.Bandung mengadakan sidang paripurna untuk memilih Calon Bupati Bandung. Pada sidang itu terpilih secara aklamasi Mayor Masturi sebagai Calon Bupati  yang dilantik pada tanggal 27 Februari 1967 sebagai Bupati Bandung menggantikan R.Memed Ardiwilaga,  BA.

Mayor Masturi adalah Bupati kedua yang berasal dari kalangan Militer. Hal ini dianggap sesuai konsep Dwi-Fungsi ABRI yang menyatakan bahwa ABRI itu mempunyai tugas ganda (Dwi-Fungsi) yaitu selain memangku tugas sebagai alat Negara dalam bidang pertahanan dan keamanan juga mempunyai tugas kerja dalam bidang kemasyarakatan (Social).

Bupati baru menghadapi tugas yang tidak ringan. Setelah dilakukan pembersihan aparat ternyata muncul usaha untuk mengembalikan kekuatan PKI. Pada akhir tahun 1967 di Daerah Kecamatan  Pangalengan muncul gerombolan sisa-sisa PKI. Mereka bergerak disekitar perkebunan srikandi dengan pusatnya di Gunung Kencana. Disana mereka mengadakan latihan militer dan kegiatan-kegiatan lain yang mencurigakan. Namun berkat kerjasama ABRI dan pertahanan sipil serta rakyat setempat, sisa-sisa PKI itu dapat ditangkap. Kekuatan gerombolan berjumlah 27 orang, mereka terdiri dari warga Negara keturunan Cina dan menamakan diri TPRI (Tentara Pembebas Republic Indonesia). Dari mereka dapat dirampas 21 buah granat baja, 300 lencana, gambar-gambar Mao Tse Tung, dokumen-dokumen dan sebagainya.

Sejak tahun 1967 Pemda Kab.Bandung mendasarkan program kerjanya, pada program kerja kabinet Ampera, dan juga menyusun program kerja tersendiri yang dinamai  program kerja Repeh Raprih Kertaraharja. Repeh Rapih Kertaraharja adalah Semboyan Kabupaten Bandung ini dimaksudkan untuk mengusahakan memenuhi hajat hidup rakyat banyak mengangkat Sembilan bahan pokok, terutama Beras yang pada waktu itu sebelumnya mengalami krisis dan mengembalikan ketertiban serta keamanan masyarakat yang telah terganggu akibat terjadinya peristiwa G30-S.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati No.23/BK/HUK/67 tanggal 1 Juni 1967 diadakan reorganisasi dalam organisasi sekretaris Pemda Kab.Bandung.

Sehingga organisasi baru terbagi menjadi 3 unsur yaitu :

a.Unsur pimpinan yang terdiri atas Bupati dan ketua
b.Unsur staf pimpinan terdiri atas BPH dan Sekda
c.Unsur pelaksana terdiri atas :

Kepala-kepala Biro, yang meliputi bidang pemerintahan umum, pengawasan, keuangan, Humas DPRD.
Dinas-dinas, jawatan-jawatan dan lembaga-lembaga

Repelita mulai dikerjakan pada tanggal 1 April 1969 sesuai jadwal, waktu pelaksanaan Repelita Nasional dan Repelita daerah-daerah lainnya. Baru saja Repelita dilaksanakan selama 2 bulan,  Letkol Masturi meninggal dunia pada hari Jum'at tanggal 4 juli 1969 setelah menjabat Bupati Bandung selama 2 tahun 4 Bulan. Untuk menghargai jasa-jasanya terutama dalam hal pembinaan orde baru, pencegahan munculnya kembali sisa-sisa G30-S, mewujudkan situasi dan kondisi yang cocok untuk memenuhi pembangunan serta menyusun Repelita Kabupaten Bandung, DPRDGR Kabupaten Bandung memutuskan untuk memberi gelar "pahlawan pembangunan Daerah Kabupaten Bandung" Bagi "Kolonel Anumerta Masturi".

Sumber : Penelusuran Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 1846 - 2010 

Bupati R. MEMED ARDIWILAGA,BA Periode 1960-1967

Bupati R. MEMED ARDIWILAGA,BA Periode 1960-1967





R. MEMED ARDIWILAGA, BA.
 Periode 1960-1967

Sejak tahun 1956 sudah timbul gerakan-gerakan separatis ditanah air yang mengancam keutuhan Republik. Pertentangan dan persaingan antara partai-partai begitu panas dan menggelora. Akhirnya presiden pada tanggal 5 Juli 1945 mengeluarkan Dekrit Presiden. Dengan keluarnya Dekrit Presiden maka UUD 1945 berlaku bagi seluruh wilayah Hukum Republik Indonesia. Badan konstituate dibubarkan dan dibentuk badan baru. 


Dekrit Presiden
 5 Juli 1959 
Dekrit presiden 5 Juli 1959 ternyata itu bergerak ke arah yang lebih mengutamakan komando atau instruksi dari atasan "dari pada mendengarkan" suara dari bawah (Rakyat). Partai-partai politik yang sebelumnya menguasai kehidupan politik di Negara kita kini menundukan kepala dihadapan presiden. Secara berangsur-angsur munculah dua kekuatan baru yang makin lama kekuatan Makin besar mereka ialah golongan Karya terutama Angkatan Bersenjatan Republik Indonesia dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Untuk melaksanakan cita-cita Dekrit Presiden itu susunan ketatanegaraan segera dirombak Perombakan ketatanegaraan atau ketata-pemerintahan itu disesuaikan dengan isi Dekrit Presiden (berlakunya Undang-undang Dasar 1945) dan haluan Negara. (Manipesto Politik Republik Indonesia). Kenyataannya perombakan itu diarahkan terhadap penumpukkan kekuasaan ditangan Presiden panglima tertinggi atau pimpinan besar revolusi Soekarno disatu pihak, dilain pihak untuk Inisiatif dan Kreatifitas rakyat. 




Kampanye Partai Pada Masa Orde Lama 

Khususnya tentang pemerintahan Daerah, perombakkan ketata-negaraan atau ketatapemerintahan itu diarahkan agar daerah-daerah (Rakyat dan Pemerintah Daerahnya) mendukung tindakan-tindakan dan kebijaksanaan yang diambil oleh Presiden Soekarno. Demikianlah dengan keluarnya Peraturan Presiden No. 6 Th 1959 rakyat didaerah-daerah (melalui DPRDnya) dipaksa secara halus untuk menyetujui kehendak Presiden dan konsekwensi-konsekwensinya. 

Pada saat berlangsungnya perombakan ketata-negaraan khususnya tata pemerintahan daerah Kabupaten Bandung tidak mempunyai seorang Kepala Daerah. Sepuluh calon kepala Daerah yang dipilih oleh DPRD DT.II Bandung tanggal 31 Oktober 1959 ditolak oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 20 Januari 1960. Untuk sementara Bupati Bandung dipegang oleh R. Godjali Gandawidura. Dengan keluarnya Surat Keputusan pejabat Presiden Republik Indonesia No.158/M/1960 tertanggal 7 April 1960. MAYOR R.MEMED.ARDIWILAGA, B.A diangkat menjadi Bupati kepala DaerahSwantara TK.II Bandung dan dilantik pada tanggal 20 April 1960 oleh Wakil Gubernur Kepala Daerah DT.I Jawa Barat, ASTRAWINATA. Pengangkatan ini langsung ditangani oleh Presiden dengan Surat Keputusannya dan tanpa Melalui Pemilihan Rakyat (DPRD). Ia adalah Bupati pertama yang berasal dari kalangan Militer. Bupati Mayor R.Memed Ardiwilaga, BA. mengadakan perubahan Tata Pemerintahan, pemulihan keamanan dan Rehabilitasi Masyarakat Desa. Dan menjelang akhir jabatannya terjadilah apa yang dikenal sebagai "Peristiwa G30-s".

Pada upacara Pelantikan Mayor Ardiwilaga, BA menjadi Bupati Kepala Daerah DST I Bandung juga dinyatakan bubarnya jabatan kepala Daerah (kini dirangkap oleh Bupati) Badan Dewan Pemerintahan daerah (DPD) oleh ketua DPRD DST II Bandung R. Suwendi Sumawiguna.

Diluar struktur Pemerintahan resmi dibentuk pula suatu badan yang disebut catur tunggal. Kemudian ditingkatkan menjadi paca Tunggal. Bandan ini berfungsi untuk mengkoordinir kerjasama antara Bupati Kepala Daerah, komando Distrik Militer, jaksa, polisi, dan Front nasional.

Sementara itu jabatan Sekretatis daerah menjadi penting kedudukannya karena wewenang dan tugasnya diperluas. Untuk pertama kalinya seorang sekretaris daerah dipilih oleh DPRD. Pada sidang pleno DPRDGR DST II Bandung tanggal 13 Maret 1965 terpilih ANDA KERTABUDI sebagai SEKDA DST II Bandung.

Berdasarkan undang-undang No.18 tahun 1965 tentang pokok-pokok pemerintah daerah sebutan Daerah Swantara Tingkat II diganti Daerah Tingkat II dan kedudukan Wedana dihilangkan, tugas-tugasnya dialihkan kepada Bupati Kepala Daerah.

Awal tahun 1967 mulai diwarnai oleh peristiwa-peristiwa yang sangat menarik. Sebagai jawaban atas penolakan MPRS terhadap pidato Nawaksara, sebagaimana tertuang dalam keputusan MPRS No.5/Presiden Soekarno menyampaikan laporan tertulis kepada MPRS yang kemudian dikenal sebagai Pel Nawakarsa (pelengkap Nawakarsa).
 
 
Gubernur Jawa Barat Letjen TNI (Purn) DR (HC) H.Mashudi 
Ketika terjadi peristiwa G-30 S pimpinan Pemerintah Kabupaten dihadapkan kepada kesulitan yang besar. Pada waktu itu Gubernur Jawa Barat, sedang berada diluar negeri  (RRC) sedangkan Pemerintah Daerah kabupaten Bandung tidak mempunyai pegangan untuk menghadapi peristiwa itu. Informasi itu pun tidak tegas. Setelah Gubernur jawa Barat Mayor Jenderal Mashudi berada kembali ditanah air dan memberi petunjuk, pimpinan Pemda Kab Bandung mempunyai pegangan dalam menghadapi peristiwa itu. 

Di Kabupaten Bandung ada beberapa orang camat yang didemonstrasi oleh rakyatnya karena diketahui sebagai anggota PNI. Rakyat menolak kepemimpinan camat itu. Untuk menghadapi masalah ini Bupati Bandung memutasikan mereka. Ada yang dipindahkan tugas kedaerah lain ada pula yang ditarik ke kantor kabupaten. Mereka mendapatkan pengawasan khusus dari pimpinan pemerintah daerah agar kembali ke jalan yang benar. 

Meskipun terdapat beberapa orang aparat pemerintah Daerah yang ditahan tapi pada umumnya pemerintah di Kabupaten Bandung terus berjalan sebagaimana biasa. Pejabat-pejabat pemerintah yang dipecat. Diberhentikan atau dinon-aktifkan dari tugasnya, segera diisi dengan cara pengalihan tugas, pengangkatan pejabat sementara. Disamping itu dilakukan penerangan-penerangan, ceramah-ceramah, pengajian-pengajian, ke desa-desa untuk menjelaskan tentang niat jahat PKI dan bahaya ajaran Komunis, serta perlunya dipertahankan dan dilaksanakannya pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 
Sumber : Penelusuran Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 1846 - 2010 

Bupati R. APANDI WIRADIPUTRA Periode 1956-1957


Bupati R. APANDI WIRADIPUTRA Periode 1956-1957




R. APANDI WIRADIPUTRA
Periode 1956-1957


Pada tahun 1956 beliau diangkat menjadi Bupati Bandung untuk menggantikan R.Tumenggung Male Wiranatakusumah yang akan dipindahtugaskan, tetapi tiba-tiba tersebar berita disurat kabar bahwa Bupati R.T.M Wiranatakusumah tidak jadi dipindahkan tetapi hanya dipindahkan ke Kantor Gubernur sebagai Bupati yang diperbantukan. Sebagai aksi atas berita itu, DPRDS Kabupaten Bandung mengadakan sidang pada tanggal 5 Maret 1956, khusus untuk membicarakan masalah tersebut, hasil dari sidang itu menyatakan bahwa DPRDS keberatan atas kepindahan R.T.Male Wiranatakusumah.

Respon dari rencana  kepindahan tersebut, masyarakat Kabupaten Bandung mengadakan demonstrasi dihalaman Pendopo Kabupaten Bandung yang menuntut dipertahankannya R.T. Male Wiranatakusumah sebagai Bupati Bandung, Menteri Dalam Negeri dan Dewan Pemerintah Daerah.

Namun pemerintah pusat sudah terlanjur mengangkat R. Apandi Wiradiputra sebagai Bupati Bandung, sehingga Menteri Dalam Negeri yang pada saat itu dijabat Mr. Sunaryo memutuskan R.T. Male Wiranatakusumah dpindahkan dan diberikan gelar menjadi Raden Lampung.

Dengan adanya kesepakatan itu maka persoalan Bupati Bandung sudah terselesaikan dengan diterima R. Apandi Wiradiputra sebagai Bupati Bandung. tri Tenun. Pada saat Rd.Tumenggung Wiranatakusumah mau dialih tugaskan ada demontrasi rakyat yang mengusulkan supaya beliau tetap jadi  bupati Kabupaten Bandung. 

Sumber : Penelusuran Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 1846 - 2010 
 

Sample text

Sample Text